Six Sigma
adalah
suatu metode yang dipergunakan sebagai
perbaikan dan meningkatkan proses yang berkesinambungan. SIX SIGMA berasal dari kata SIX yang berarti enam (6) dan SIGMA yang merupakan satuan dari Standard Deviasi yang juga dilambangkan dengan simbol σ,
Six Sigma juga sering di simbolkan menjadi 6σ. Semakin tinggi Sigmanya, semakin baik pula kualitasnya. Dengan kata lain, semakin tinggi
Sigmanya semakin rendah pula tingkat kecacatan atau kegagalannya.
Strategi yang terdapat pada Six
Sigma adalah :
v Fokus pada kepuasan dan kebutuhan pelanggan.
v Melakukan penurunan terhadap tingkat kecacatan
v Berkisar disekitar pusat target
v Menurunkan variasi
Keunggulan
pada Six Sigma
Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma
menekankan aplikasi tool ini secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan
terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.
Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada
didalamsetiap proses dengan menggunakan teknik-teknik
ststistika yang sudah dikenal secara umum.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang
bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya.
Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):
1.
Pengurangan biaya
2.
Perbaikan produktivitas
3.
Pertumbuhan pangsa pasar
4.
Retensi pelanggan
5.
Pengurangan waktu siklus
6.
Pengurangan cacat
7.
Pengembangan produk / jasa
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:
1.
Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
2.
Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur
disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
3.
Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan
direspon balik dengan cepat.
Kekurangan Six Sigma
u Phobia terhadap Statistik, maksudnya yaitu butuh waktu untuk mempelajari
statistik yang menjadi dasar Six Sigma, Banyak orang yang langsung ‘takut’ mendengar kata
statistik
u Biaya Pelatihan, Sumber daya untuk memberi pelatihan kepada sejumlah orang bukan
hanya biaya pelatihan tapi juga kegiatan yang terganggu atau harus digantikan oran lain.
Dengan biaya puluhan bahkan dollar perusahaan besar yang mempunyai modal awal yang
cukup untuk memulai
program Six Sigma ini.
u Pengukuran CTQ, sangat mudah untuk mengukur jumlah cacat pada produk hasil proses
manufaktur. Tapi pada organisasi pemeri jasa membutuhkan lebih banyak pemikiran dan
manipulasi untuk mendefisikan CTQ. Misalknya dengan penilaian subjektif
(skala 1-10) untuk suatu atribut pelayanan.
Jika nilai yang didapat kurang dari
lima, makan pelayanan tersebut dianggap cacat. Hasil yang didapat adalah kurang
subjektif. Dengan mengubah batas penentuan cacat tidaknya suatu pelayanan akan
didapat level sigma yang berbeda tentang suatu operasi. Selain subjektifitas,
CTQ juga terkadng tidak dapat mencerminkan kondisi yang sebenernya. Misalnya CTQ sama dengan jumlah pesawat yang tinggal landas tepat wakt atau jumlah kecelakaan disuatu lokasi konstruksi. Ukuran ini tisak mengukur seberapa terlambat pesawar tersebut atau seberapa serius kecelakaan yang terjadi.
u Kurangnya pelatihan untuk menangani proses non manufaktur, metodologi yang diperkenalkan dalam pelatihan adalah yang umum dipakai dalam menangani masalah
manufaktur yang kebanyakan mempunyai data-data kuantitatif.
Meskipun telah mengikuti pelatihan Six Sigma, industri non manufaktur dengan karakteristik data kualitatis/atribut((misalnya hasil survei pelanggan, status pembayaran pelanggan) tidakdiperlengkapu dengan metodolodi yang tepat untuk menangani data semacam ini.
u Ketidakmampuan melihat secara sistem, penentuan tujuan per proyek menimbulka
resiko pemikiran pelaku six sigma terkotak-kotak hanya
pada proyek yang sedang dijalankan. Ini menyebabkan tidak tercapainya peningatan yang optimal. Dengan kata lain, yang tercapai
adalah optimum lokal, bukan global.
Pengertian Total Quality Management(TQM)
Total Quality Management didefinisikan sebagai konsep perbaikan yang dilakukan secara
terus menerus, yang melibatkan semua karyawan di setiap level organisasi, untuk mencapai
kualitas yang ‘exellent’ dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen (Dipietro,1993;Greg et al,1994). Pengertian TQM secara rinci (Handoko,1998):
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya
manusia, proses dan lingkungannya. Sebab, berdasarkan TQM, tolak ukur
keberhasialan usaha bertumbuh pada kepusana pelanggan atas barang atau jasa
yang diterimanya.
1.
Pengertian Total
Menunjukkan bahwa TQM merupakan strategi organisasional menyeluruh yang
melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen dan karyawan. Setiap orang terlibat dalam
proses TQM. Lebih lanjut, kata “total” berarti bahwa TQM mencakup tidak hanya pengguna
akhir dan pembeli eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan personalia
yang mendukung.
2.
Pengertian Kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih menekankan pelayanan
kualitas. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen
pengendalian kualitas. Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual, tergantung
pada latar belakang sosial ekonomis dan karakteristik demografis, mempunyai implikasi
penting : kualitas bagi seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan
TQM adalah menyajikan kualitas bagi pelanggan.
3.
Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan pendekatan
teknis pengendalian kualitas yang sempit. Pendekatan TQM sangat berorientasi pada
manajemen orang. Implementasi TQM mensyaratkan berbagai perubahan organisasional dan
manajerial total dan fundamental, yang mencakup misi, visi, orientasi strategic, dan berbagai
praktek manajemen vital lainnya.
A. Kelebihan Dan Kekurangan Dari TQM (Total Quality Management)
1.
Kelebihan TQM
a. TQM tidak mempercayakan semata-mata
pda perintah atasan yang memerintah, jaringan dikembangkan secara multi channel
dan interktif melalui suatu organisasi. Oleh karena itu, TQM sangat penting
untuk menetapkan mata rantai kerjasama didalam o0rganisasi. Transformational Perubahan terjadi hanya ketika isu yang sulit, seperti anggaran, pabrikasi, pemasaran, distribusi dan seterusnya dicampur dengan isu yang sederhana seperti
nilai-nilai, kultur, visi, gaya kepemimpinan, perilaku inovatif dan seterusnya.
b. Penerapan TQM merupakan suatu konsep yang menjawab semua kebutuhan masyarakat saat ini. Sehingga anatara keinginan dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi oleh konsep ini.
c. Penerapan TQM merupakan konsep yang mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk membangun bersama mutu pendidikan yang lebih maju dan sinergis. Sehingga, dengan
adanya pemberdayaan seluruh komponen yang ada di Indonesia ini maka pendidikan yang
bermutu tinggi bukan hanya sekedar impian akan tetapi kenyataan yang akan dibangun
bersama.
2. Kelemahan TQM
a)
Kualitas sering merupakan aktivitas sampingan, terpisah dari isu kunci dari strategi usaha
dan kinerja.
b)
Pada banyak organisasi, kualitas dirasakan bersifat temporer dan apabila pemimpin yang
memprakarsainya meninggalkan perusahaan, kualitas kemudian diabaikan.
c)
Kebingungan terhadap TQM berasal dari kata kualitas itu sendiri.kata kualitas mempunyai
banyak arti, tergantung dari bagaimana kita memandangnya.
d)
Banyak perusahaan yang membuat kualitas lebih kabur atau tida jelas dengan menetapkan
tujuan yang tampak positif tanpa memilki cara untuk memonitor kemajuan pencapaian
tujuan tersebut.
e)
TQM merupakan aktivitas yang bersifat hanya di dalam departemen-departemen
dibanyak perusahaan.
f)
TQM mengajarkan incremental atau perkembangan yang sedikit (small improvement),
bukan perkembangan secara radikal (radical improvement) sehingga banyak pemimpin
korporat tidak sabar setelah munculnya konsep reengineering. Reengineering adalah
desain atau desain ulang bisnis yang mirip dengan process redesign, meskipun prakteknya mencakup skala yang lebih besar.
g)
Kebingungan terhadap TQM berasal dari kata kualitas itu sendiri.kata kualitas mempunyai banyak arti, tergantung dari bagaimana kita memandangnya. Kualitas merupakan suatu
departemen yang ada dengan tanggung jawab khusus untuk pengendalian kualitas, dimana disiplin tersebut cenderung lebih berfokus kepada proses stabilisasi daripada memperbaiki proses. Ide keseluruhan dari filosofi kualitas juga membuat konsep secara keseluruhan
tampak misterius bagi kebanyakan orang.
h)
Banyak perusahaan yang membuat kualitas lebih kabur atau tida jelas dengan menetapkan tujuan yang tampak positif tanpa memilki cara untuk memonitor kemajuan pencapaian
tujuan tersebut.
i)
TQM merupakan aktivitas yang bersifat hanya di dalam departemen-departemen
dibanyak perusahaan. Masing-masing departemen mempunyai kebijakan secara
sendiri-sendiri, sehingga tidak mencangkup seluruh organisasi.
j)
TQM mengajarkan incremental atau perkembangan yang sedikit (small improvement),
bukan perkembangan secara radikal (radical improvement) sehingga banyak pemimpin
korporat tidak sabar setelah munculnya konsep reengineering. Reengineering adalah
desain atau desain ulang bisnis yang mirip dengan process redesign, meskipun prakteknya mencakup skala yang lebih besar.